<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} h2 {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; mso-outline-level:2; font-size:18.0pt; font-family:”Times New Roman”; font-weight:bold;} a:link, span.MsoHyperlink {color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {color:purple; text-decoration:underline; text-underline:single;} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
Tumpulnya Knowledge Management di BUMN
Tantangan pasokan bahan baku dan efek domino kenaikan harga minyak dunia semakin menggoyahkan langkah usaha BUMN. Ironisnya, untuk menghadapi tantangan itu hanya ditanggulangi dengan bongkar pasang direksi. Seperti halnya di tubuh PLN yang mencopot Direktur Pembangkitan dan Energi Primer akibat krisis pasokan batubara untuk PLTU. Padahal, ada persoalan mendasar yang dihadapi oleh kebanyakan BUMN dalam menjalankan usahanya. Pengelola BUMN kurang adaptif terhadap proses bisnis dengan tantangan terkini. Selain itu juga terjadi ketumpulan Knowledge Management (KM). Persoalan berulang-ulang yang menyangkut ketersediaan bahan baku , siklus perawatan, inovasi produk dan metode efisiensi mestinya bisa diatasi dengan KM yang bagus. Sehingga krisis pasokan bahan baku , seperti batu bara untuk PLTU, bijih besi untuk baja, kayu untuk pulp dan lain-lain bisa diantisipasi dengan cara koordinasi teknis secara efektif. Sayangnya hal itu masih menjadi kelemahan para direksi BUMN pada saat ini. Menurut Carl Davidson, mengelola knowledge pada hakekatnya adalah bagaimana organisasi mengelola SDM secara efektif. Inti dari penerapan KM adalah komitmen pengetahuan apa yang perlu di-manage dan untuk tujuan meningkatkan apa. Secara sederhana KM adalah dialektika SDM dari berbagai tempat untuk bisa saling berkomunikasi dan curah pikir secara efektif.
Mengelola Pengetahuan
Untuk mengembangkan sistem pengelolaan Knowledge Management di BUMN, diperlukan empat fungsi yaitu : using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan packaging knowledge. Fungsi itu akan membentuk suatu pengetahuan untuk menjawab tantangan mengenai know-how, know-what, dan know-why, serta menumbuhkan daya kreatifitas dan inovasi guna memecahkan berbagai masalah. Sejarah telah mencatat bahwa keberhasilan perusahaan di Jepang ditentukan oleh kepiawaian mereka dalam hal organizational knowledge creation.
Selama ini para direksi BUMN menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian yang besar. Untuk mengambil keputusan yang sensitif diperlukan knowledge sharing. Diharapkan keempat fungsi KM bisa diimplementasikan secara baik di masing-masing BUMN. Kondisi aktual di BUMN tentang pengelolaan knowledge management kebanyakan baru pada tahap using information. Untuk itu perlu ditransformasikan ke using knowledge melalui computer-mediated collaboration dalam bentuk intranet atau web blog; electronic task management, messaging and visualization, group discussion, dan lain-lain. Perlu juga difungsikan finding knowledge melalui web-browsing dan data mining.
Organisasi korporasi perlu keahlian dalam mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge untuk mendorong inovasi dan pengembangan produk baru.
Menurut Nonaka dan Takeuchi, perusahaan di Jepang mempunyai daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber dari daya saing. Untuk mewujudkan budaya korporasi yang inovatif, maka upaya membangun knowledge