noverio

BiNusian weblog

June14

<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>

Knowledge Based Country

Di tengah persaingan bisnis dalam era gobalisasi saat ini, setiap perusahaan harus memiliki strategi agar dapat survive dan memenangi pesaingan. Tapi strategi yang bagaimana dan seperti apa?

Melihat kiprah perusahaan besar seperti Google, Microsoft, Samsung Group, Toyota dan Unilever di kancah global, rasanya setiap orang tidak meragukan lagi keberhasilan strategi yang mereka terapkan. Percaya atau tidak, perusahaan-perusahaan ini memulai keberhasilan mereka dengan memfokuskan strategi bukan hanya ke hal-hal yang bersifat pencapaian target dan revenue semata, tetapi membangun perusahaan berbasis pengetahuan atau knowledge based enterprise.

Bagi perusahaan yang sudah menjalankan konsep knowledge based enterprise ini, pengetahuan menjadi sumber daya yang paling penting dan strategis bagi perusahaan. Organisasi perusahaan harus selalu mencari cara untuk mengelola pengetahuan yang terdapat pada diri masing-masing individu anggotanya untuk menghasilkan produk, jasa maupun solusi yang berkualitas dan bersaing.

Perusahaan-perusahaan di atas merupakan contoh perusahaan yang mampu menciptakan pengetahuan dan mengintegrasikannya dalam proses bisnis sehari-hari. Dengan berbasis pengetahuan, mereka mampu menciptakan intellectual capital melalui transformasi pengetahuan individu maupun organsasi menjadi produk, jasa dan solusi berkelas dunia.

Setidaknya pengakuan terhadap kesuksesan perusahaan-perusahaan di atas dalam menjadi knowledge based enterprise terkemuka di dunia telah dilegitimasi dengan prestasi mereka saat dinobatkan sebagai pemenang 2006 Global Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study. Studi ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar komitmen dan kematangan perusahaan-perusahaan di dunia yang telah knowledge-driven.

Studi yang berlangsung setiap tahun sejak 1998 ini dilakukan oleh Teleos, sebuah badan penelitian mandiri di bidang knowledge management dan intellectual capital di Inggris yang bekerjasama dengan The KNOW Network, sebuah komunitas organisasi seluruh dunia berbasis internet yang berdedikasi menggapai kinerja superior melalui benchmarking, networking dan best practice knowledge sharing. Benchmarking ini dilakukan dengan bercermin pada pemenang the Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE).

Ajang ini juga diselenggarakan di tingkat regional seperti Asia, Eropa dan Amerika Utara. Pemenang-pemenang tingkat regional ini nantinya akan bersaing dalam tingkat global. Indonesia sendiri cukup beruntung karena telah mengadakan Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study sejak tahun 2005. Di dalam negeri, ajang ini diselenggarakan oleh Dunamis Organization Services yang didukung Asian Productivity Organization yang berbasis di Tokyo dan Teleos sendiri sebagai penyelenggara Global MAKE Study.

Saat ditemui HC beberapa waktu lalu, Andiral Purnomo selaku Chairman 2007 Indonesian KM Conference & Workshop sekaligus Associate Partner Dunamis Organization Services mengatakan bahwa diselenggarakannya MAKE Study di Indonesia secara langsung dapat membuat perusahaan-perusahaan Indonesia dikenal di tingkat internasional.

“Pihak Teleos selaku penyelenggara Global MAKE Study memberikan wildcard, tiga pemenang teratas otomatis menjadi finalis di tingkat Asia. Coba dibayangkan, untuk menjadi finalis minimal harus direkomendasikan oleh 10% panelis di Asia yang berjumlah paling sedikit 500 orang. Berarti kan minimal ada 50 pimpinan perusahaan Asia. Bisa jadi kalau kita ikuti jalur resmi tidak ada satu pun perusahaan Indonesia yang bisa masuk ke final apalagi menjadi winner”.

Sebagai contoh adalah PT Unilever Indonesia Tbk yang selama dua tahun berturut-turut sejak 2005 menjadi wakil Indonesia yang mampu menjadi pemenang di tingkat Asia bersanding sejajar dengan perusahaan-perusahaan besar seperti LG Electronics, Samsung SDS, Samsung Advanced Institute of Technology, POSCO (Korea Selatan), Canon, Sony, Honda Motor, Nissan Motor, Toyota Motor Corporatin (Jepang), Infosys Technologies, Satyam Computer Sevices, Tata Consultancy Services, Tata Steel, Wipro Technologies (India) dan BHP Biliton (Austarlia).

Menuju Knowledge Based Country

Kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini terhadap penerapan knowledge management menurut Andiral sudah cukup tinggi meskipun masih ada yang baru sebatas tahu arti penting knowledge enterprise namun belum tahu apa knowledge enterprise sebenarnya. Ia melihat ada karakteristik yang menonjol dari perusahaan yang telah menerapkan konsep knowledge enterprise. “Karakteristik yang menonjol dalam knowledge enterprise tercermin dari kriteria, pertama, budaya mereka berbasis pengetahuan. Kedua, mengembangkan knowledge worker melalui leadership”, ujar Andiral.

Menurutnya lagi, ini berarti organisasi-organisasi knowledge enterprise memiliki ciri-ciri antara lain sudah menganggap karyawan bukan sekedar human resource tetapi sebagai human capital. Karyawan benar-benar sudah menjadi real asset, bukan lagi alat produksi. “Jadi perusahaan yang benar-benar sudah memiliki kesadaran tinggi bahwa karyawan benar-benar harus dimanusiakan dan diakui sebagai manusia yang utuh”.

Bila di Indonesia keadaannya seperti itu, maka lain lagi dengan kondisi di tingkat global. Perusahaan-perusahaan di negara yang sudah menjelma menjadi knowledge based country sudah menyadari bahwa knowledge merupakan bagian dari competitive advantage. “Oleh karena itu mereka benar-benar menjabarkan knowledge management dalam satu strategi yang jelas terlepas dari business strategy. Karena mereka menyadari bahwa di era sekarang kunci persaingan adalah kemampuan mengelola pengetahuan manusia yang outputnya adalah kemampuan pembelajaran,” Andiral menjelaskan.

Selain itu dengan adanya MAKE Study, ia berharap Indonesia dapat bertransformasi menjadi knowledge based country dan masyarakatnya dapat menjadi knowledge based society. Karena di tengah persaingan yang ketat, negara yang berbasis pengetahuan yang mendorong inovasi akan mampu membantu pertumbuhan bisnis yang baik. Ia mencontohkan negara seperti Finlandia yang memiliki lembaga-lembaga pemerintahaan yang mendukung dan mendrive organisasi dan perusahaan berbasis pengetahuan.

Dengan sendirinya, environment bisnis seperti ini akan memudahkan perusahaan dan organisasi dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena perusahaanperusahaan akan mampu menjadi perusahaan yang unggul, kompetitif dan otomatis dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Untuk menuju knowledge based country, pemerintah selaku pemegang kebijakan memegang kunci perubahan tersebut. Yang pertama kali harus dilakukan tentu saja memperbaiki dunia pendidikan. Sebab pembelajaran tidak bisa terlepas dari konsep knowledge itu sendiri. Jadi, siapkah kita?

Kita harus siap dengan segala resiko dan rintangannya,dengan kita memdasarkan pada KM maka kita dapat mengatur segala sesuatunya dengan baik dan dapat bersaing dengan dunia luar sekalipun.

June14

<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:408117720; mso-list-template-ids:-1257966788;} @list l1 {mso-list-id:1894584256; mso-list-template-ids:-527637720;} @list l2 {mso-list-id:1946696015; mso-list-template-ids:-1134921550;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} –>

Penerapan KM


Terminologi tentang Knowledge Management (KM) pada dasarnya mempunyai arti sebuah proses untuk meng-optimalisasi kekayaan intelektual di suatu organisasi untuk kepentingan organisasi. Keberadaan KM di sebuah organisasi tidak secara langsung dapat terlihat hasilnya karena beberapa hal yang berkaitan dengan Kekayaan Intelektual (Intelektual capital) yang di dalamnya terdiri dari komponen utama yaitu : human capital , Social capital, dan Corporate capital. Ketiga komponen ini merupakan komponen inti dari enterprise knowledge. Ketika salah satu dari ketiga komponen tadi tidak dapat dipenuhi oleh sebuah organisasi maka bisa dibilang implementasi dari KM ini akan gagal.

Dalam kesempatan kali ini saya akan menjelaskan masing-masing dari ketiga komponen tersebut.

  1. Human Capital (Kekayaan sumber daya manusia)
    Kekayaan sumber daya manusia merupakan kekayaan yang paling besar dan paling berpengaruh terhadap pengembangan KM di sebuah organisasi. Masing-masing individu di sebuah organisasi mempunyai sumber daya yang disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan yang saat ini dimilikinya. Seringkali kondisi pengelolaan kemampuan intelektual dari setiap individu selalu dipegang dan hanya dikembangkan oleh 1 orang tertentu saja. Hal ini berakibat ketergantungan terhadap 1 orang ini akan sangat tinggi dan ketika sudah saatnya dia menyatakan keluar (resign) perusahaan akan kelabakan karena sangat tergantung pada kemampuan skill-nya.
  2. Corporate Capital (Kekayaan milik korporasi)
    Di dalamnya termasuk kekayaan intelektual (Intellectual Property) baik itu formal maupun informal seperti contohnya adalah : source code, paten, ide, merek dagang dan lain sebagainya, terutama yang berkaitan dengan sesuatu hal yang bisa menjadikan kekayaan ini sebagai sumber daya potensial untuk perusahaan agar bisa dikenal dan dianggap sebagai kekuatan utama di dunia luar.
  3. Social Capital (Kekayaan sosial)
    Bagian kerja dari sebuah perangkat komunikasi di sebuah perusahaan di dalamnya termasuk ketersediaan hubungan antar manusia menggunakan Virtual Network dan juga interaksi antar setiap komponen sosial yang ada di dalam perusahaan.

Menurut Alex Bennet, seorang pendiri US based research and Educational Center Mountain Quest Institue dan sekarang merupakan deputi CIO dan Chief knowledge Officer dari US Department of Navy, ketiga komponen ini harus saling berkaitan dan secara pararel harus mendapatkan perhatian yang khusus jika ingin sebuah organisasi dibilang berhasil dalam pengelolaan KM. Menurut Alex ada 5 kategori tantangan yang harus dihadapi dalam pengelolaan KM diantaranya adalah :

  1. Teknologi : berkaitan erat dengan beberapa hal yaitu memberdayakan, mem-fasilitasi dan menyebar luaskan inovasi keseluruh organisasi.
  2. Isi (Content) : berkaitan dengan nilai, relevansi dan keadaan informasi yang terkini
  3. Proses : berkaitan dengan pengelompokan, pengumpulan, penyelarasan (synchronize), menganalisa dan penyebaran informasi.
  4. Budaya (culture) : berkaitan dengan komitmen, memberikan informasi ke orang lain (sharing) , saling bertukar (exchange) dan membangun hubungan (relationship).
  5. Pembelajaran (Learning) : berkaitan dengan membangun kontekstual, membuat dan mengembangkan proses transfer ilmu.

Ada beberapa best practice yang dapat dilakukan untuk meng-implementasikan Knowledge Management di sebuah organisasi :

  1. Identifikasi mana “Nilai” yang paling tinggi dari sebuah organisasi di sesuaikan dengan kebutuhan organisasi tersebut untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan itu di dunia luar. Contohnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang IT Solutions harus selalu meningkatkan kemampuan mengelola portfolio apa yang sudah pernah mereka lakukan agar lebih dikenal di kalangan industri yang menggunakan jasa-nya. Dengan kemampuan mengelola portfolio di perusahaan berbasis IT Solutions dapat dipergunakan untuk kalangan internal agar dapat mencontoh success stories dari sebuah solusi yang pernah dikembangkan sebelumnya. Selain itu kegagalan-kegagalan yang terjadi dapat juga dijadikan sebagai senjata agar mereka tidak kembali mengulang kegagalan yang sudah pernah mereka dapat sebelumnya.
  2. Penjelasan yang detail belum tentu penting. Sebuah penjelasan yang terlalu “dalam” dari sebuah hirarki di dalam akar pengetahuan di organisasi dapat membuat terlalu banyaknya pekerjaan yang tidak penting dilakukan oleh seorang pengelola KM di organisasi. Oleh karena itu harus dilakukan pengamatan terlebih dahulu antara pengembangan keluasan dan kedalaman pengetahuan disesuaikan need and demand dari sebuah organisasi.
  3. Buka Forum untuk mencari pola. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk organisasi jika ingin menemukan pola yang tepat dari sebuah pendekatan yang sistematis untuk tukar menukar informasi jika hanya mengandalkan pengamatan belaka. Diperlukan sebuah perangkat tools yang sanggup untuk menjembatani proses tukar menukar informasi tadi, salah satu yang cukup mewakili adalah Blog dan Wiki. Kedua tools tadi dapat dijadikan sebagai ajang untuk mewakili suara dari setiap karyawan organisasi untuk membahas sebuah topik secara bertanggung jawab demi kepentingan perusahaan dengan mengurangi hambatan waktu dan tempat dalam pembahasan sebuah topik yang bersifat terbuka.
  4. KM harus sejalan dengan penerapan bisnis. Sebuah proses pekerjaan di organisasi seharusnya mempunyai standar kerja yang dijadikan sebagai patokan kecepatan dan kualitas pekerjaan tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan bisnis yang cepat. Proses KM yang benar dapat mempercepat waktu tempuh dalam pembuatan proses bisnis secara keseluruhan, sehingga dapat dijadikan alat pengukuran bagaimana mengetahui KM dapat memberikan ROI (Return of Investment) terhadap organisasi penaung-nya. Itu adalah tantangan bagi para praktisi informasi untuk dapat mencari cara-cara yang paling tepat agar mereka dapat melakukan efesiensi pekerjaan dalam mencari informasi yang tepat dan cepat.

June14

<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:180975856; mso-list-template-ids:-1135941298;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Wingdings;} @list l0:level2 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Wingdings;} @list l1 {mso-list-id:476723164; mso-list-template-ids:1644170480;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Wingdings;} @list l2 {mso-list-id:743184553; mso-list-template-ids:1592829138;} @list l2:level1 {mso-level-start-at:3; mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l3 {mso-list-id:945116446; mso-list-template-ids:1617572218;} @list l3:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Wingdings;} @list l4 {mso-list-id:1051880932; mso-list-template-ids:967474184;} @list l4:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Wingdings;} @list l5 {mso-list-id:1084766329; mso-list-template-ids:-1993550926;} @list l5:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Wingdings;} @list l6 {mso-list-id:1446315291; mso-list-template-ids:467022020;} @list l6:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} –>

Knowledge Culture di PLN

Sebagai upaya membangun kesadaran terhadap pentingnya Manajemen Pengetahuan dalam perusahaan, PLN Wilayah Sulselrabar menyelenggarakan sosialisasi Knowledge Management (KM) dengan mengundang Tim Knowledge Management dari PLN Pusat yang terdiri dari Vice President Manajemen Pengetahuan Tentamia, didampingi Yudistian dan Suci Baktiningsih.

Sosialisasi berlangsung di aula lt.VI kantor PLN Wilayah Sulselrabar pada Rabu (29/4) dan dihadiri oleh General Manager PLN Wilayah, KAI, para manajer bidang dan manajer Unit, para Fungsional Ahli serta para “Champions” yang terdiri dari generasi muda PLN penerimaan tahun 1990 hingga sekarang.

Mengawali sambutannya, General Manager PLN Wilayah Sulselrabar Haryanto WS mengutip kata-kata Direktur SDM yang mengatakan bahwa di PLN ini generasi mudanya mendapatkan pengetahuan melalui proses ”mengintip”. Hal itu menunjukkan bahwa manajemen pengetahuan selama ini belum berjalan dengan baik. Padahal masalah tersebut sangat krusial mengingat jumlah pegawai yang akan pensiun beberapa tahun ke depan sangat tinggi, sehingga dikhawatirkan transfer knowledge tidak berlangsung dengan baik bahkan banyak pengetahuan dan pengalaman yang hilang.

Senada dengan GM Haryanto, Vice Presiden Manajemen Pengetahuan Tentamia mengungkapkan betapa pentingnya Knowledge Management bagi suatu organisasi yang dinamis untuk dapat survive dan bertumbuh kembang. Dalam sosialisasinya, Tentamia menerangkah bahwa Knowledge Management di PLN secara resmi baru dibentuk sejak 2008.

KM sendiri didefinisikan sebagai langkah-langkah sistematik untuk mengelola aset pengetahuan  perusahaan (mengumpulkan, menyimpan dan menyebarkan/ menggunakan aset pengetahuan), untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara berkelanjutan.

KM juga dapat diartikan sebagai teknologi untuk mempercepat tumbuhnya inovasi pengetahuan, dengan memfasilitasi knowledge workers, untuk mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan pada waktu yang tepat, mempercepat tumbuhnya tacit and explicit knowledge, serta memfasilitasi proses transformasi pengetahuan dari tacit knowledge menjadi explicit knowledge.

Dalam Dinamika Organisasi terdapat apa yang disebut Siklus 10 tahunan, dimana PLN sendiri menargetkan untuk bisa menjadi organisasi Pembelajar yang mampu melaksanakan proses transformasi (berbagi) pengetahuan secara berkelanjutan, dari “pengetahuan” pekerja menjadi “pengetahuan” organisasi, untuk menumbuh-kembangkan aset pengetahuan perusahaan.

Melanjutkan presentasi VP Manajemen Pengetahuan Tentamia, Yudistian yang juga tergabung dalam Tim Knowledge Management PLN Pusat menceritakan hasil kunjungannya ke Microsoft Indonesia mengenai budaya pembelajar di sana yang diciptakan sedemikian rupa dimana setiap orang dalam perusahaan itu diharuskan membuat 4 tulisan setiap minggunya.

Pada organisasi pembelajar pasti harus ada knowledge managementnya.

Alasan perlunya Knowledge Management :

–          Menghindari melakukan kesalahan yang sama

–          Menghindari mengulang proses penemuan (re-inventing the wheel)

–          Mampu mengulang kesuksesan dan mempertahankannya

–          Mempersingkat siklus belajar

–          Membuat keputusan berdasar pengetahuan yang mendalam

–          Untuk mencapai effisiensi organisasi

–          Untuk mengelola intelektual capital

–          Untuk menghadapi tantangan yang muncul dari persaingan global

–          Supaya menghasilkan pelayanan prima

–          Agar tetap unggul dalam persaingan

Analisis Permasalahan Budaya Berbagi di PLN

  1. Adanya forum-forum menunjukkan bahwa kemauan berbagi pengetahuan sudah tumbuh, namun belum mencakup seluruh perusahaan, karena belum didukung KM yang terintegrasi.
  2. Kemauan untuk mereplikasi (menerima pengetahuan) lebih rendah daripada kemauan memberi, karena…

–          Kuatnya egosektoral

–          Karyawan belum dewasa (individualis, merasa lebih baik)

–          Regulasi/kebijakan belum mendukung

–          Daya adaptasi masih rendah (comfort zone membuat malas, bila kepepet baru semangat)

  1. Budaya potensial : ”Jiwa Korsa yang Tinggi”

Tipsnya, bila selama ini manajer sibuk berpikir sendiri, maka mulai sekarang seluruh anggota perusahaan diupayakan untuk ikut berpikir. à Melalui CoP (Community of Practice). Siapa tahu masukan dari bawah justru bisa menjadi solusi. Misal, berikan tugas mengenai isu-isu yang dihadapi seperti tentang Losses.

Menutup acara sosialisasi, GM Haryanto menyampaikan bahwa dirinya dapat merasakan kerisauan rekan-rekan unit yang memiliki SDM yag terbatas dan tersebar sementara tugas-tugas yang ada cukup banyak sehingga sulit untuk memenuhi target.

Sehubungan dengan hal itu GM Haryanto menyatakan bahwa PLN benar-benar membutuhkan orang-orang yang memiliki semangat tinggi dan militan, terutama para Champion dari generasi muda. Untuk itu GM sangat berharap agar para pegawai senior dapat aktif membantu membentuk generasi muda PLN menjadi insan yang lebih berkualitas dari semua aspek.

KM Merupakan salah satu tools untuk mempermudah komunikasi. Pembentukan CoP merujuk pada buku panduan yang frekuensi pelaksanaannya tidak dibatasi pada waktu, bisa jadi per triwulan, yang pasti melalui TI kita bisa melakukan komunikasi untuk mendukung CoP.

SASARAN KM :

  • Membangun organisasi pembelajar dengan melancarkan aliran aset pengetahuan dan mendorong tumbuhnya inovasi yang relevan dengan strategi perusahaan

TUJUAN KM :

  • Memfasilitasi semua karyawan perusahaan untuk menjadi “Knowledge Worker”, yang memiliki semangat dan kemampuan untuk:
    • Berbagi pengetahuan dan kemudian melakukan kodifikasi dan implementasi pengetahuan eksplisit untuk meningkatkan kinerja.
    • Melakukan inovasi berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
  • Mempertahankan dan memelihara aset pengetahuan dari kehilangan atau ketinggalan jaman, dan kemudian menumbuh-kembangkan lebih cepat dan lebih efektif.
  • Mengintegrasikan seluruh aset pengetahuan dari setiap unit bisnis, menjadi aset perusahaan
  • Mengsinkronkan Strategi Bisnis PLN dengan operasional
  • Mengintegrasikan KM, Organisasi Pembelajar dan proses inovasi di PLN

STRATEGI KM :

  • Membangun budaya dan kesadaran berbagi pengetahuan serta menyediakan alat bantu dan forum-forum dalam aktifitas berbagi pengetahuan
  • Menanamkan KM ke dalam proses bisnis dan menyediakan infrastruktur KM berupa teknologi kolaboratif
  • Menjadikan inovasi sebagai pendorong bisnis, baik nasional maupun internasional.

DEFINISI :

  • Knowledge Management ekivalen sebagai vitamin untuk kemajuan perusahaan secara bersama
  • Knowledge (pengetahuan) adalah kumpulan  informasi yang terstruktur dan mempunyai makna
  • Knowledgetidak adayang terbaik, yang ada untuk selalu diperbaiki melalui proses sharing.
  • Knowledge (pengetahuan)  is the capability to take effecitive  action
  • Learning  is the process  of turning information  into knowledge
  • Sharing :  adalah proses berbagi pengetahuan diantara masyarakat yang mempunyai pengalaman atau minat dalam pengetahuan tsb.
  • Tacit knowledge,  knowledge yang berada di benak pribadi-pribadi yang muncul pada saat mengambil tindakan atau keputusan.
  • Explicit knowledge, knowledge yang dapat dituliskan atau direkam atau diucapkan.

June14

<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>

”Knowledge Management” untuk UKM

Globalisasi adalah sebuah era yang tidak dapat dihindarkan. Saat ini, semua bangsa sedang bersaing untuk menjadi yang terdepan dalam era persaingan.

Berbicara tentang persaingan antara bangsa, tentu saja setiap bangsa dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi. Bangsa yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan yang tinggi, dan penguasaan perekonomian global. Berdasarkan Global Competitiveness Report (2006) yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF), Indonesia menempati peringkat ke-50. Kita bandingkan dengan beberapa negara tetangga, antara lain Singapura (5), Malaysia (26) dan Thailand (35). Berdasarkan Human Development Report (2006) yang dikeluarkan UNDP, posisi Indonesia dalam hal kualitas SDM (human development index) adalah peringkat ke-108 dari 177 negara. Bandingkan dengan beberapa negara tetangga, yaitu Singapura (25), Brunei Darusallam (34), Malaysia (61), Thailand (74), Filipina (84), Vietnam (109), Kamboja (129), Myanmar (130), Laos (133), dan Timor Leste (142).

Data di atas menunjukkan bahwa daya saing Indonesia belum sesuai dengan harapan. Kemerdekaan yang sudah berlangsung lebih dari 61 tahun belum mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyat Indonesia. Ini adalah hasil dari sistem yang buruk. Indonesia punya begitu banyak potensi, seperti aneka sumber daya alam yang berlimpah, jumlah penduduk yang besar, dan beragam kelebihan lainnya. Yang terjadi justru Indonesia belum mampu memanfaatkan keunggulan untuk mendongkrak daya saing. Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah salah satu elemen bangsa Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang termasuk tenaga kerja kerah biru (informal) sekitar 70,2 juta jiwa atau 74 persen (BPS, 2005). Sisanya adalah tenaga kerja kerah putih (formal), yaitu sekitar 24,7 juta jiwa atau 26 persen. Sebagian besar tenaga kerja berada di sektor pertanian (44 persen), diikuti perdagangan, perumahan dan perhotelan (20 persen), industri pengolahan (12 persen) dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (11 persen). Besarnya tenaga kerja pada sektor UKM tidak diikuti dengan produktivitas yang tinggi. Pada tahun 2003, jumlah produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan sektor industri kecil dan menengah hanya 199 triliun rupiah dengan jumlah unit usaha sebanyak 3,02 juta dan jumlah tenaga kerja sebanyak 8,09 juta jiwa. Bandingkan dengan industri besar yang menghasilkan PDB sebesar 312 triliun rupiah dengan jumlah unit usaha hanya 7.593 buah dan tenaga kerja sebesar 4,39 juta jiwa.

Konsep Manajemen Pengetahuan Perbandingan tersebut menunjukkan ketimpangan yang sangat besar antara sektor UKM (dalam hal ini dapat diwakili dengan industri kecil menengah) dan usaha besar. Rendahnya daya saing sektor UKM tentu saja berpengaruh terhadap daya saing bangsa Indonesia. Hal ini tidak lain karena sektor UKM merupakan penyerap terbesar tenaga kerja Indonesia. Secara umum, permasalahan yang sering terjadi pada UKM adalah permodalan, pemasaran, kurangnya pengetahuan dan SDM yang kurang berkualitas. Dalam konteks peningkatan daya saing, penguasaan pengetahuan adalah faktor penting untuk mendongkrak daya saing. Di sinilah kelemahan terbesar UKM.

Rendahnya penguasaan pengetahuan pada UKM dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

(1) kurangnya kesadaran dan kemauan untuk menerapkan pengetahuan yang tepat guna,

(2) keterbatasan modal untuk meningkatkan penguasaan teknologi,

(3) kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan dunia usaha dan

(4) kurangnya akses terhadap sumber teknologi dan pengetahuan.

Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah

(1) hasil penelitian dan pengembangan yang belum tepat untuk pengembangan UKM,

(2) proses alih teknologi pada UKM belum maksimal,

(3) keterbatasan publikasi

June14

<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} h2 {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; mso-outline-level:2; font-size:18.0pt; font-family:”Times New Roman”; font-weight:bold;} a:link, span.MsoHyperlink {color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {color:purple; text-decoration:underline; text-underline:single;} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>

Tumpulnya Knowledge Management di BUMN

Tantangan pasokan bahan baku dan efek domino kenaikan harga minyak dunia semakin menggoyahkan langkah usaha BUMN. Ironisnya, untuk menghadapi tantangan itu hanya ditanggulangi dengan bongkar pasang direksi. Seperti halnya di tubuh PLN yang mencopot Direktur Pembangkitan dan Energi Primer akibat krisis pasokan batubara untuk PLTU. Padahal, ada persoalan mendasar yang dihadapi oleh kebanyakan BUMN dalam menjalankan usahanya. Pengelola BUMN kurang adaptif terhadap proses bisnis dengan tantangan terkini. Selain itu juga terjadi ketumpulan Knowledge Management (KM). Persoalan berulang-ulang yang menyangkut ketersediaan bahan baku , siklus perawatan, inovasi produk dan metode efisiensi mestinya bisa diatasi dengan KM yang bagus. Sehingga krisis pasokan bahan baku , seperti batu bara untuk PLTU, bijih besi untuk baja, kayu untuk pulp dan lain-lain bisa diantisipasi dengan cara koordinasi teknis secara efektif. Sayangnya hal itu masih menjadi kelemahan para direksi BUMN pada saat ini. Menurut Carl Davidson, mengelola knowledge pada hakekatnya adalah bagaimana organisasi mengelola SDM secara efektif. Inti dari penerapan KM adalah komitmen pengetahuan apa yang perlu di-manage dan untuk tujuan meningkatkan apa. Secara sederhana KM adalah dialektika SDM dari berbagai tempat untuk bisa saling berkomunikasi dan curah pikir secara efektif.

Mengelola Pengetahuan

Untuk mengembangkan sistem pengelolaan Knowledge Management di BUMN, diperlukan empat fungsi yaitu : using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan packaging knowledge. Fungsi itu akan membentuk suatu pengetahuan untuk menjawab tantangan mengenai know-how, know-what, dan know-why, serta menumbuhkan daya kreatifitas dan inovasi guna memecahkan berbagai masalah. Sejarah telah mencatat bahwa keberhasilan perusahaan di Jepang ditentukan oleh kepiawaian mereka dalam hal organizational knowledge creation.

Selama ini para direksi BUMN menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian yang besar. Untuk mengambil keputusan yang sensitif diperlukan knowledge sharing. Diharapkan keempat fungsi KM bisa diimplementasikan secara baik di masing-masing BUMN. Kondisi aktual di BUMN tentang pengelolaan knowledge management kebanyakan baru pada tahap using information. Untuk itu perlu ditransformasikan ke using knowledge melalui computer-mediated collaboration dalam bentuk intranet atau web blog; electronic task management, messaging and visualization, group discussion, dan lain-lain. Perlu juga difungsikan finding knowledge melalui web-browsing dan data mining.

Organisasi korporasi perlu keahlian dalam mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge untuk mendorong inovasi dan pengembangan produk baru.
Menurut Nonaka dan Takeuchi, perusahaan di Jepang mempunyai daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber dari daya saing. Untuk mewujudkan budaya korporasi yang inovatif, maka upaya membangun knowledge sharing perlu dilakukan. Keuntungan knowledge sharing bagi CEO adalah mereka mampu merespon kesempatan secara cepat.

Beberapa perusahaan kelas dunia menyatakan bahwa KM merupakan strategi korporasinya. CEO Rover Group mengatakan bahwa intranet merupakan bagian yang sangat membantu mereka dalam mengaplikasikan learning dan share best practice. General Motors juga memberikan gambaran tentang hubungan di antara knowledge sharing dan strategi. Perspektif dari Shell Exploration and Production salah satunya adalah learning organization yang menuju living company.

David J.Skryme, dalam tesisnya yang berjudul ?The 3Cs of knowledge sharing? pada prinsipnya menyatakan bahwa salah satu tantangan KM adalah menjadikan manusia berbagi knowledge mereka. Untuk menghadapi tantangan tersebut dia menyarankan tiga C yaitu : Culture, Coopetition (menyatukan kerjasama dengan persaingan) dan Commitment. Banyak organisasi korporasi belum mengetahui potensi knowledge (pengetahuan + pengalaman) tersembunyi yang dimiliki oleh karyawannya.

Hasil siset yang dilakukan oleh Delphi Group menunjukkan bahwa postur knowledge dalam korporasi tersimpan dengan struktur 42 % didalam otak karyawan; sisanya 26 % di dokumen kertas, 20 % dokumen elektronik; dan 12% knowledge base elektronik. Riset tersebut memperkuat asumsi umum bahwa knowledge sebagian besar tersimpan dalam pikiran kita, yang disebut tacit knowledge. Tacit knowledge sulit dipindahkan kepada orang lain karena tersimpan pada pikiran masing-masing individu.

Contoh perusahaan yang sukses menerapkan KM sehingga mendatangkan keuntungan luar biasa adalah Nortel. Sejak tahun 2000, Nortel mengalami keuntungan yang besar dibandingkan pesaingnya. Keuntungan tersebut dikarenakan perubahan besar yang mendesain ulang produknya (new product development). Ketika mendesain ulang produknya, Nortel menggunakan pendekatan metode Knowledge Intensive Work yang berbasis pada pengetahuan karyawan.

Ada baiknya para direksi BUMN menyimak cara Nortel untuk me-reengineer front-end New Product Development dan mempelajari KM yang digunakannya. Disitu terlihat gambaran tentang model KM. Salah satu yang melatarbelakangi penerapan KM di Nortel adalah peningkatan kompetisi industri dibidang telekomunikasi. Industri yang antara lain adalah AT&T, MCI, RBOC, dan pelbagai ISP berkompetisi dalam berbagai hal, seperti teknologi, harga, dan layanan.

Strategi jitu yang dilakukan Nortel adalah new development product yang dibangun berdasarkan process oriented KM dengan fokus mengembangkan produk dengan model baru. Proses mendesain ulang new development product di Nortel dikenal dengan sebutan Galileo, sedangkan sistem KM yang digunakan dikenal dengan sebutan Virtual Mentor .

Tujuan utama dari proses Galileo di Virtual Mentor adalah melakukan efisiensi dan leverage asset pengetahuan multidisiplin, meningkatkan new development product decision-making process, menfasilitasi pembelajaran dan pertukaran pengetahuan. Inti dari proses Galileo adalah membuat jalur atau link yang menyatukan pengetahuan untuk tujuan bisnis.

Dari berbagai paparan diatas bisa ditarik benang merah bahwa OKMS menjadikan pengetahuan sebagai aset korporasi yang saMengelola Pengetahuanngat berharga. Sangat relevan dengan kondisi BUMN di tanah air pada saat ini yang membutuhkan semacam Virtual Mentor buatan dalam negeri agar daya saing global BUMN tidak semakin terpuruk.

June14

<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} h2 {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; mso-outline-level:2; font-size:18.0pt; font-family:”Times New Roman”; font-weight:bold;} a:link, span.MsoHyperlink {color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {color:purple; text-decoration:underline; text-underline:single;} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>

Tumpulnya Knowledge Management di BUMN

Tantangan pasokan bahan baku dan efek domino kenaikan harga minyak dunia semakin menggoyahkan langkah usaha BUMN. Ironisnya, untuk menghadapi tantangan itu hanya ditanggulangi dengan bongkar pasang direksi. Seperti halnya di tubuh PLN yang mencopot Direktur Pembangkitan dan Energi Primer akibat krisis pasokan batubara untuk PLTU. Padahal, ada persoalan mendasar yang dihadapi oleh kebanyakan BUMN dalam menjalankan usahanya. Pengelola BUMN kurang adaptif terhadap proses bisnis dengan tantangan terkini. Selain itu juga terjadi ketumpulan Knowledge Management (KM). Persoalan berulang-ulang yang menyangkut ketersediaan bahan baku , siklus perawatan, inovasi produk dan metode efisiensi mestinya bisa diatasi dengan KM yang bagus. Sehingga krisis pasokan bahan baku , seperti batu bara untuk PLTU, bijih besi untuk baja, kayu untuk pulp dan lain-lain bisa diantisipasi dengan cara koordinasi teknis secara efektif. Sayangnya hal itu masih menjadi kelemahan para direksi BUMN pada saat ini. Menurut Carl Davidson, mengelola knowledge pada hakekatnya adalah bagaimana organisasi mengelola SDM secara efektif. Inti dari penerapan KM adalah komitmen pengetahuan apa yang perlu di-manage dan untuk tujuan meningkatkan apa. Secara sederhana KM adalah dialektika SDM dari berbagai tempat untuk bisa saling berkomunikasi dan curah pikir secara efektif.

Mengelola Pengetahuan

Untuk mengembangkan sistem pengelolaan Knowledge Management di BUMN, diperlukan empat fungsi yaitu : using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan packaging knowledge. Fungsi itu akan membentuk suatu pengetahuan untuk menjawab tantangan mengenai know-how, know-what, dan know-why, serta menumbuhkan daya kreatifitas dan inovasi guna memecahkan berbagai masalah. Sejarah telah mencatat bahwa keberhasilan perusahaan di Jepang ditentukan oleh kepiawaian mereka dalam hal organizational knowledge creation.

Selama ini para direksi BUMN menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian yang besar. Untuk mengambil keputusan yang sensitif diperlukan knowledge sharing. Diharapkan keempat fungsi KM bisa diimplementasikan secara baik di masing-masing BUMN. Kondisi aktual di BUMN tentang pengelolaan knowledge management kebanyakan baru pada tahap using information. Untuk itu perlu ditransformasikan ke using knowledge melalui computer-mediated collaboration dalam bentuk intranet atau web blog; electronic task management, messaging and visualization, group discussion, dan lain-lain. Perlu juga difungsikan finding knowledge melalui web-browsing dan data mining.

Organisasi korporasi perlu keahlian dalam mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge untuk mendorong inovasi dan pengembangan produk baru.
Menurut Nonaka dan Takeuchi, perusahaan di Jepang mempunyai daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber dari daya saing. Untuk mewujudkan budaya korporasi yang inovatif, maka upaya membangun knowledge

Saatchi & Saatchi

April19


Pada Desember 1994, sebagai akibat dari tekanan berkelanjutan dari pemegang saham utama, Maurice Saatchi telah diberhentikan dari pos sebagai ketua perusahaan. Saatchi, seorang tokoh kontroversial, telah didirikan dan dikelola di perusahaan. Pemberhentian-Nya dimaksudkan untuk mencegah lebih tajam jatuh perusahaan harga saham, dan ia disambut dengan antusiasme awal.

Namun, konsekuensi yang fatal. Maurice Saatchi segera membentuk sebuah perusahaan baru, terus ke perdagangan dengan nama Saatchi, dan merekrut banyak dari yang paling kreatif karyawan dari perusahaan yang lama. Karena ini sangat kehilangan modal intelektual, CORDIANT, perusahaan yang berhasil Saatchi & Saatchi, kehilangan pelanggan rekening senilai lebih dari  £ 50m. dalam hitungan bulan. Porsi harga roboh oleh lanjutan ketiga pada enam bulan.

Pembahasan masalah dari kasus diatas adalah :

Pada kasus diatas dimana saatchi ini memiliki peran penting didalam perusahaan tapi saatchi dipecat dan pada akhirnya saatchi membuat perusahaan baru dengan nama Saatchi dan saatchi tersebut mengajak karyawan yang berada diperusahaannya yang lama untuk bergabung dengan perusahaan yang baru, jadi apabila ada karyawan yang memiliki peran penting didalam perusahaan janganlah dipecat karena apabila suatu perusahaan kehilangan 1 karyawan itu merupakan perusahan tersebut kehilangan aset yang ada diperusahaan itu

kesalahan dari perusahaan itu adalah membiarkannya saatchi menjadi sumber informasi atau yang paling berperan dalam perusahaannya sehingga saat ia dikeluarkan tidak ada lagi yang bisa menggantikan kinerjanya, saran saya adalah pentingnya pembagian informasi atau pelatihan secara menyuruh terhadap semua karyawan sesuai dengan tempat dan kerjanya.

Volkswagen and General motors

April19

Volkswagen and General motors

The danger of losing knowledge when key workers depart is by no means restricted to traditionally creative industries such as advertising, design or entertainment. A case in point is the dramatic move of Jos6 Ignacio Upez, chief of purchasing at GENERAL MOTORS, to VOLKSWAGEN.

This move was the subject of a lengthy debate. GENERAL MOTORS initially made massive demands for damages, alleging that documents or computer files had been transferred illegally. However, this dispute was eclipsed by the fact that here too, the loss of a key employee was followed by the exodus of a whole group of highly skilled managers. Uncoded intellectual assets of incalculable value were carried off in the heads of the renegades, and were irrevocably lost for GENERAL MOTORS.

Pembahasan :

hal yang terpenting dalam kinerja seseorang adalah skill dan bagaimana ia menanamkan nama baiknya atau bisa dibilang karakteristiknya yang bagus dan dikenal baik oleh semua perusahaan. saat orang tersebut dikeluarkan dari perusahaan maka para karyawan bawahannya memilih untuk bergabung dengan perusahaan baru tempat ia bekerja lagi karena para karyawan tau semua perilaku yang baik yang pernah dia unjukkan

KASUS 2 : Beer Game Mengamuk

April19


Artikel bagus diambil dari buku Intellectual Capital karangan Thomas A. Stewart. Bukunya sudah cukup lama tapi masih tetap direkomendasikan
Sebuah contoh bagus tentang bagaimana informasi berpindah dalam hierarki muncul di e-mail saya. Isinya adalah surat-menyurat antara seorang staf hotel di London dan salah satu tamunya. Para pembaca Fifth Discipline dari Peter Senge akan mengenalinya sebagai sebuah kasus Beer Game mengamuk.
________________________________________
Pelayan yang terhormat,
Tolong jangan tinggalkan lagi batangan sabun kecil di kamar mandi saya karena saya telah membawa sendiri sabun Dial saya. Tolong pindahkan ke-6 batang sabun kecil yang belum dibuka dari rak di bawah kotak obat dan 3 lagi di tempat sabun dekat pancuran air. Sabun-sabun itu menghalangi saya.
Terima kasih,
S. Berman
________________________________________
Penghuni Kamar 635 yang terhormat,
Saya bukan pelayan tetap Anda. Pelayan tetap Anda sedang cuti, ia akan kembali besok, Kamis. Saya telah mengambil 3 batang sabun dari tempat sabun di pancuran Anda sesuai dengan yang Anda kehendaki. Enam batang di rak Anda telah saya pindahkan ke atas tempat untuk membuang Kleenex seandainya Anda berubah pikiran. Hanya ada 3 batang sabun yang saya tinggalkan hari ini sesuai instruksi manajemen untuk meninggalkan 3 batang sabun tiap harinya. Saya harap ini cukup memuaskan.
Kathy, Pelayan Pengganti
________________________________________
Pelayan yang terhormat,
Saya harap Andalah pelayan tetap saya. Tampaknya Kathy tidak memberitahu Anda tentang pesan saya kepadanya. menyangkut batangan-batangan kecil sabun. Ketika saya kembali ke kamar saya sore ini, saya melihat bahwa Anda telah menambahkan 3 sabun Camay kecil ke rak di bawah kotak obat. Saya akan berada di hotel ini untuk 2 minggu dan saya telah membawa sabun Dial saya. jadi, saya tidak akan memerlukan ke-6 sabun Camay kecil yang berada di rak. Sabun-sabun tersebut menghalangi saya bercukur, menggosok gigi, dan lain-lain. Tolong pindahkan mereka.
S. Berman
________________________________________
Tuan Berman yang terhormat,
Hari cuti saya berakhir pada hari Rabu. jadi, pelayan pengganti meninggalkan 3 sabun hotel yang telah diinstruksikan oleh manajemen. Saya telah mengambil ke-6 sabun yang menghalangi Anda dan menaruhnya ke tempat sabun, tempat sabun Dial Anda berada. Saya menaruh Dial Anda di kotak obat untuk memudahkan Anda. Saya tidak memindahkan ketiga sabun yang selalu ditempatkan dalam. kotak obat untuk sernua penghuni baru dan yang tidak memberatkan Anda ketika Anda mulai menghuni hotel ini Senin lalu. Tolong beritahu saya bila saya dapat membantu Anda nanti.
Pelayan tetap Anda, Dotty
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Berman,
Asisten Manajer, Tuan Kensedder, memberitahu saya pagi ini bahwa Anda memanggilnya kemarin sore dan mengatakan bahwa Anda tidak puas dengan layanan pelayan Anda. Saya telah menugaskan seorang pelayan wanita baru untuk kamar Anda. Saya harap Anda dapat menenima permintaan maaf saya atas ketidaknyamanan yang lalu. Jika kelak Anda mempunyai masalah, harap Anda menghubungi saya agar saya dapat memberi perhatian khusus. Hubungi saluran 1108 antara jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Terima kasih.
Elaine Carmen, Pengurus Rumah Tangga
________________________________________
Yang terhormat, Nona Carmen,
.Sangat ticlak mungkin menghubungi Anda lewat telepon karena saya berangkat dari hotel jam 7.45 pagi untuk berdagang dan tidak akan kembali sebelum jam 5.30 atau jam 6.00 malam. Itulah sebabnya saya memanggil Tuan Kensedder kemarin. Anda telah bebas tugas. Saya hanya bertanya kepada Tuan Kensedder apakah ia dapat melakukan sesuatu atas sabun-sabun itu. Pelayan baru yang Anda tugaskan itu tentu mengira saya baru saja masuk di sini, karena ia meninggalkan lagi 3 batang sabun hotel di kotak obat saya bersama pengiriman 3 batang sabun di lemari kamar mandi secara teratur. Hanya dalam waktu 5 hari saya di sini, saya telah memperoleh 24 batang sabun. Mengapa Anda lakukan ini terhadap saya?
S. Berman
________________________________________

Yang terhormat, Tuan Berman,
Pelayan Anda, Kathy, telah diberitahu untuk menghentikan pengiriman sabun ke kamar Anda dan menyingkirkan sabun-sabun kelebihannya. Jika saya masih dapat mernbantu, harap hubungi saluran 1108 antara pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Terima kasih,
Elaine Carmen, Pengunis Rumah Tangga
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Kensedder,
Sabun mandi Dial saya menghilang. Semua sabun telah diambil dari kamar saya termasuk sabun Dial saya. Kemarin saya kembali larut malarn dan harus memanggil pelayan untuk membawakan 4 sabun Cashmere Bouquet kecil.
S. Berman
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Berman.
Saya telah memberitahu pengurus rumah tangga kami, Elaine Carmen, tentang persoalan sabun Anda. Saya sendiri tidak mengerti mengapa ticlak ada sabun di kamar Anda karena pelayan-pelayan kami diinstruksikan untuk meninggalkan 3 batang sabun setiap kali mereka merapikan kamar. Situasi ini akan dibereskan dengan secepatnya.
Martin L. Kensedder, Asisten Manajer
________________________________________
Yang terhormat, Ny. Carmen,
Siapa kiranya yang meninggalkan 54 batangan kecil sabun Camay di kamar saya? Saya kembali kemarin malarn dan menemukannya. Saya tidak menginginkannya. Saya hanya menginginkan sebatang Dial kepunyaan saya. Apakah Anda menyadari bahwa saya mempunyai 54 batang sabun di sini. Yang saya inginkan hanyalah sabun mandi Dial saya. Tolong kembalikan sabun mandi Dial saya.
S. Berman
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Berman,
Anda mengeluhkan tentang terlalu banyak sabun di kamar Anda, jadi saya memindahkannya. Kemudian Anda mengeluh kepada Tuan Kensedder bahwa semua sabun Anda menghilang, jadi saya sendiri yang mengembalikannya. Ke-24 Camay yang telah diambil dan 3 Camay yang seharusnya Anda terima tiap hari (dikutip langsung). Saya tidak tahu apa pun mengenai ke-4 sabun Cashmere Bouquet. jelas sekah bahwa pelayan Anda, Kathy, tidak mengetahui bahwa saya telah mengembalikan sabun-sabun Anda. jadi, ia juga membawa 24 Camay ditambah 3 Camay harian. Saya tidak tahu dari mana Anda mendapat ide bahwa hotel ini mengeluarkan sabun mandi Dial. Namun, saya berhasil menemukan beberapa sabun mandi Ivory yang saya tinggalkan di karnar Anda.
Elaine Carmen, Pengurus Rumah Tangga
________________________________________
Yang terhormat Ny. Carmen,
Hanya sekadar catatan singkat untuk memberitahu Anda tentang persediaan sabun saya yang terakhir. Sampai pada hari ini saya mempunyai:
Di rak di bawah kotak obat–18 Camay dalarn 4 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 2 batang. Di atas dispenser Kleenex—11 Camay dalam 2 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 3 batang,
Di meja rias kamar–l tumpuk dari 3 batang Cashmere Bouquet, 1 tumpuk dari 4 batang Ivory ukuran hotel, dan 8 Camay dalarn 2 tumpuk dari 4 batang.
Di dalam kotak obat–14 Camay dalam 3 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 2 batang. Di tempat sabun pancuran–6 Camay, sangat lembab.
Di sudut timur laut bak–1 Cahsmere Bouquet, sedikit terpakai.
Di suclut barat laut bak–6 Camay dalam 2 turnpuk dari 3 batang.
Tolong beritahu Kathy agar ketika ia membersihkan kamar saya, pastikan bahwa tumpukan tumpukan itu disusun dengan rapi dan dibersihkan dari debu. Juga nasihati ia. bahwa tumpukan lebih clari 4 batang cenderung ambruk. Boleh saya sarankan bahwa jendela kamar tidur saya belum digunakan dan akan menjadi tempat yang bagus untuk pengiriman sabun selanjutnya. Satu hal lagi, saya telah membeli satu batang sabun Dial yang saya simpan di lemari besi hotel untuk menghindarkan kesalahpahaman di masa datang.
S. Berman

Pembahasan :

1. kurangnya penataan informasi yang ada oleh antara semua orang dalam pihak hotel sehingga informasi berupa kritikan dari pelanggan melalui email seperti yang terjadi diatas di terima secara setengah-setengah oleh semua pihak hotel.

2.  kesimpulan dari kelompok kami tentang kesalahan yang terjadi di setiap email adalah semua orang yang diberikan informasi tidak langsung menyampaikan ke yang lain, jadi setiap pergantian pelayan, pelayan yang baru tersebut tidak tau apa-apa begitu juga dengan manajer dan lainnya.

3. mencatat semua kesukaan dan ketidak-sukaan semua pelanggannya kedalam sebuah file atau minimal dibuat sebuah list di kertas tetang orang yang menginap dikamar tertentu, sehingga pelayan yang melayani orang tersebut cukup melihat catatan tersebut.

KASUS 3 : The limitations of 100 case histories of industrial mergers (DaimlerChrysler)

April19


In May 1998 the German concern, Daimler, merged with Chrysler, America’s third biggest automobile manufacturer. In September 1999, The Economists reported on the state of the marriage. Noting that the deal was ‘hailed as an inspiration, because of the neat fit of the firms’ products and markets’ and that the logic behind the merger was ‘as impeccable as ever’, the newspaper highlighted some Post-merger setbacks, including:
– The defection of a stream of talented designers and managers’ to Ford and General Motors’ down the road in Detroit’
– The issue of selecting one location for corporate headquarters; sooner or later the company will have to choose between Stuttgart and Detroit
– Clashes of management style at board level; German managers preferred reading 50 page documents before key meetings, whereas their American counterparts did more talking and wanted less documentation before the meetings (it appears that the American style has prevailed)
– Different styles at lower levels of management about the presentation of reports (German managers are inclined to accept the reports researched by subordinates, whereas the American style is ‘look at’ them later)
* No involvement for American designers in Mercedes cars
It is, however, remarkable to read that Daimler instigated a strategic analysis to ensure that the project was well planned and executed. This analysis reviewed 100 past mergers, noted that around 70% fail to achieve their goals, and concluded that the key to success lay less in price and more in strategic fit and post-merger integration. As The Economist reported: ‘The result has been a post-merger plan devised with great attention to detail, a dozen teams of managers from the two sides focusing on every aspect of the merged team; a specially designed database to monitor daily progress; and an attempt to ensure the backing of the board at every stage.’ In some respects the integration is running ahead of targets and in September 1999 it was anticipated that costs of around $1.4 billion would be saved by the end of the year. But, as The Economist said: ‘Although merging the two companies was never going to be easy, nobody expected it to be this hard.’

pembahasan :

1. masalahnya adalah penggabungan atau peleburan dari 2 perusahaan yang memiliki struktur dan tata cara organisasi yang berbeda.

2. yang melatar belakangi adalah perbedaan culture atau budaya yang mencolok dan sangat berbeda dari tiap-tiap negara yang mewakili tiap-tiap perusahaannya.

3. saling mengintegrasikan tiap-tiap budaya yang ada dan mencari titik temu yang sesuai untuk tiap-tiap organisasi tersebut.

« Older Entries